Translate

Senin, 11 Juni 2012

Tanjungpinang


             Rabu sore yang terik, saya dan kedua teman saya siap-siap akan berangkat dari kampus menuju pelabuhan Punggur – Sekupang. Hari ini kami akan ke Tanjungpinang untuk menghadiri final sebuah lomba tingkat provinsi. Ini adalah perjalanan pertama saya ke ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, dan untuk pertama kalinya juga saya menaiki kapal menyebrangi pulau. Tiba dipelabuhan Punggur kami langsung diserbu oleh para penjual tiket kapal, mereka saling berteriak dan berlomba menjual tiketnya masing-masing. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat tidak enak dilihat dan mengganggu kenyamanan pengguna jasa.
                Rasa takut dan deg-degan membuat saya diam sepanjang perjalanan sore itu, maklum saja saya takut mabuk laut, ditambah lagi saya tidak bisa berenang. Untuk mengalihkan rasa mabuk akhirnya saya memberanikan diri mendongakkan kepala kearah kaca dan melihat lautan yang sangat luas dan indah. Sepasang suami istri yang duduk didepan kami terlihat mesra, dan akhirnya mau tak mau kami pun jadi menonton drama tanpa layar kaca, hehehe :D….
                Satu jam berlalu kapal yang kami naiki segera merapat ke pelabuhan Tanjungpinang. Dan ini juga adalah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke bumi Negeri pantun. Begitu tiba diluar pintu gerabang pelabuhan para sopir taksi segera menghampiri dan menawarkan tumpangan untuk kami. Namun sayang, kami akan dijemput oleh teman yang telah datang terlebih dahulu ke sini, maka dengan halus kami tolak satu persatu. 15 menit menunggu akhirnya kami dijemput dan langsung menuju hotel. Acara ceremony pembukaan dimulai malam itu pukul 20.00 dan berakhir dua hari berikutnya.
                Jumat sore adalah acara jalan-jalan yang sesungguhnya. Kali ini saya tidak bersama teman-teman sebelumnya karena mereka telah kembali ke Batam siang itu juga. Sore ini saya ditemani Putri (teman satu kelas kuliah) berwisata di Tanjungpinang. Melihat dan merasakan suasana di jalanan Tanjungpinang membuat saya merasakan atmosfer yang berbeda, Tanjungpinang mirip dengan kota kelahiran saya. Jalanan, ruko dan dialek bahasa melayu-nya mengingatkan saya pada Singkawang,. Serasa pulang kampung dan serasa menyatu sekali dengan pinang.  
                Tak ingin menghabiskan waktu lebih lama, setelah sholat ashar kami langsung meluncur ke Trikora. Karena perjalanan ke Trikora sangat lama dan bisa memakan waktu satu jam, maka kami mampir untuk mengisi perut di rumah makan sop tulang disalah satu jalan yang saya tidak tahu namanya. Selain itu kami juga membeli buah durian yang dijual dipinggir jalan. Setelah kenyang, perjalanan pun dilanjutkan. Tak lebih dari setengah jam kemudian, kami tiba di sebuah jalan masuk yang tertera plang lusuh bertuliskan TRIKORA. Akhirnya sampai juga rombongan kami disana. Langsung saja beningnya air  laut menyambut kedatangan kami. Pantainya yang tenang dengan angin lembut yang menyentuh kulit dan deburan ombak kecil sangat menggoda pengunjung yang datang. Dan sejauh mata memandang hanya hamparan pasir putih halus dan air jernih yang terlihat.
                Berhubung hari jumat jadi pantai sangat sepi, bahkan dapat dilihat pengunjungnya hari itu hanya kami. Menurut tantenya teman saya yang kebetulan hadir menemani kami, biasanya pantai akan ramai saat hari libur tiba jadi tak heran jika sore itu hanya kami yang ada disana. Hemm, serasa mengunjungi pulau sendiri, puas bermain tanpa gangguan orang lain. Setelah puas bermain air dan kejar-kejaran dipantai, kami disuguhkan dengan minuman air kelapa yang dipetik langsung dari pohonnya. Sungguh segar dan manis sekali rasanya.
                Jalan-jalan dilanjutkan keesok harinya. Sabtu pagi setelah sarapan kami diajak mengunjungi makam oma Putri, kemudian belanja oleh-oleh (apalagi kalau bukan otak-otak khas Tanjungpinang) kemudian terakhir makan siang seafood di Sei Enam. Berlokasi di tepi laut dan banyak bunga-bungaan adalah tempat makan yang sangat elok, hanya sayang kurang diperbarui dan dioptimalkan sehingga tempatnya terletak didalam dan scene-nya kurang mengimbangi pantai dan taman bunga yang sangat indah. Akhirnya siang itu saya berkesempatan mencicipi menu khas Kepri yang tidak saya temukan didaerah saya yaitu gonggong. Setelah puas acara santap siang kami diantar ke pelabuhan untuk kembali ke Batam sore itu. Setelah berpamitan kami pun segera meluncur dengan kapal kembali ke Pelabuhan Batam. Sungguh sebuah perjalanan yang melelahkan, mengasyikaan dan tak terlupakan. Selamat jalan Tanjungpinang, semoga bertemu lagi dilain waktu….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar